Pulau
Bali atau yang dikenal juga sebagai pulau Dewata adalah salah satu tempat di
dunia yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan. Keindahan alam bercampur
dengan keunikan seni budaya yang tidak dimiliki oleh tempat lain dan juga
keramah-tamahan penduduknya menjadikan pulau Bali sangat mendunia dan menjadi
daya tarik bagi wisatawan asing maupun lokal.
Banyak
tempat yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan jika ingin berkunjung ke Bali,
salah satunya adalah desa Ubud. Ubud berasal diri kata ubad yang berarti obat,
dan seperti kenyataannya Ubud seakan menjadi obat bagi para wisatawan yang
berkunjung kesini, keindahan alam berpadu dengan seni dan budaya,
keramah-tamahan penduduk serta di balut dengan pesona spiritual menjadikan Ubud
sebagai “Kota Terbaik Asia” pada tahun 2009 oleh majalah pariwisata Conde Nast
Traveller.
Tentu
dengan predikat “kota terbaik asia” tersebut semakin banyak menarik minat
wisatawan untuk berkunjung ke Ubud, dan bukan hanya wisatawan para investorpun
mulai beramai-ramai menanamkan modalnya di Ubud dengan harapan memperoleh
banyak keuntungan dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Ubud dengan
membangun fasilitas akomodasi pariwisata. Ubud seperti daerah tujuan pariwisata
yang lain, para wisatawan juga membutuhkan akomodasi pariwisata berupa
penginapan, restaurant dan fasilitas penunjang pariwisata yang lain, namun
sayangnya yang menjadi tumbal dari pembangunan akomodasi pariwisata di Ubud
adalah lahan pertanian yang produktif.
Menurut
Prof. windia, guru besar dari fakultas Pertanian Universitas Udayana sebagian
besar luas lahan pertanian di Ubud sudah beralih fungsi menjadi lokasi
pembangunan hotel, vila, restaurant dan juga fasilitas pariwisata yang lainnya,
misalkan subak muwa Ubud dahulu memiliki luas lahan pertanian sekitar 40
hektare, namun kini luas lahan pertanian yang tersisa hanya sekitar 4 hektare.
Sangat disayangkan memang padahal lahan pertanian juga sangat mendukung
pariwisata di Ubud. Selain itu dengan berkurangnya lahan pertanian di Ubud
kemungkinan juga akan menghilangkan Sekaa subak yang ada di Ubud. Subak adalah
organisasi petani untuk mengelola air irigasi ke lahan-lahan pertanian, selain
itu subak juga dapat dikatakan kebudayaan yang dimiliki oleh Bali.
Sampai
saat inipun semakin banyak lahan-lahan pertanian yang sudah beralih fungsi
menjadi hotel, vila, restaurant dan juga fasilitas penunjang pariwisata yang
lain. Sawah-sawah di desa-desa Ubud akan semakin habis, dan mungkin suatu saat
nanti pemandangan sawah hijau membentang tak akan bisa terlihat lagi saat
berkunjung ke Ubud. Ekonomi memang menjadi alasan utama para petani menjual
lahan pertaniannya kepada investor, karena biaya yang dikeluarkan oleh petani
tidak sebanding dengan hasil pertanian yang meraka dapat, terlebih para petani
juga harus membayar pajak yang mahal.
Namun Ubud tetaplah Ubud yang menjadi daerah
tujuan pariwisata yang sudah mendunia dan ramai dikunjungi oleh wisatawan,
tetapi suatu saat wisatawan akan merasa kehilangan suasana ubud yang masih
hijau dan banyak pemandangan sawah yang memberi ketenangan, berganti dengan banyaknya
bangunan akomodasi pariwisata dengan hingar-bingarnya.
“Alam Bukanlah Warisan Nenek Moyang Kita,
Tetapi Alam Adalah Titipan Tuhan Untuk Anak Cucu Kita Nantinya”
Ga nyagka org yg lugu saat SMP sekarang menjadi org yg intelektual dan berpandangan kedepan. Gud Luck brow,,
BalasHapus