Minggu, 29 Januari 2012

WISATA DI UBUD MAHAL? (SIAPA BILANG)


Monkey Forest Ubud

Daripada buat tulisan yang aneh-aneh, mending aku buat tulisan tentang desa tanah kelahiranku biar sekalian promosi (*haha* nyengirJ ), Ok, awalnya ide membuat tulisan ini berasal dari buku yang aku baca histori tentang ubud yang entah dari mana ada di meja kamar ortuku kataya Berdasarkan lontar Markandya Purana yang ditulis berabad-abad lalu, nama Ubud diambil dari kata Ubad,  yang artinya obat. Dan kenyataannya Ubud memang seakan menjadi obat bagi para pendatang yang mencari kedamaian dan inspirasi dari dulu hingga sekarang. Keindahan alam berpadu seni dan budaya yang kental menjadikan Ubud istimewa.  Seniman-seniman sekelas dunia macam Rudolf Bonnet dari Belanda, Arie Smit dan Walter Spies dari Jerman pernah menetap di ‘desa internationa’l ini. Begitu juga penulis-penulis mancanegara, memilih mampir menetap di  Ubud beberapa lama untuk mendapatkan ide-ide bagi buku atau novelnya.  Masih ingat kan Elizabeth Gilbert dengan novel Eat Pray Lovenya yang jadi best seller sampai dijadikan film, salah satu latar novelnya adalah desaku tercinta ubud.  Sejak buku dan filmnya ditayangkan, Ubud makin terkenal. Begitu juga sang  medicine man, Ketut Lier. Rumahnya di Penggosekan (dekat rumahku tentunya J) yang katanya sekarang tak pernah sepi dari tamu dari pagi hingga sore. 

Selain alam seni dan budaya, Ubud juga memiliki pesona spritual. Pura-pura yang mengelilingi banjar dan upacara ritual yang sering diadakan seakan membungkus atmosfir Ubud dengan kedamaian magis yang menentramkan. Karena suasana yang seperti itu di Ubud banyak ditemui healing center berbasis spritual dan alamiah. Bagi pecinta yoga, Ubud menyediakan banyak sanggar-sanggar dengan bermacam aliran ( yang mau mencoba silahkan tapi inget bayar ya :D). ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi di ubud, ada yang berbayar ada juga yang gratisan. Kalau yang berbayar anda bisa pergi ke monkey forest (disini tempat shootingnya JULIA ROBERT  di film Eat,Pray and Love) tarifnya 15ribu untuk local dan 20 ribu untuk mancanegara. Kalau mau yang gratisan anda dapat pergi ke bukit campuhan ubud, disana anda akan menikmati pemandangan kebun ilalang yang sangat indah (lumayanlah buat anda yang suka photograpy).

Keunggulan Ubud yang lain adalah karakteristik masyarakatnya yang ramah tamah (tentunya *bangga* :D). Point inilah yang dinilai tertinggi oleh pembaca majalah Conde Nast Traveler, sebuah majalah travel terkemuka dari Amerika, sehingga menjatuhkan pilihan pada Ubud sebagai kota terbaik se-asia tahun 2010 lalu mengalahkan Bangkok, Hongkong, Kyoto, Singapura dan Shanghai. Tentu ini bukan prestasi kecil karena ada 6 kriteria yang harus dipenuhi kandidat kota terbaik tersebut. Antara lain atmosfir/suasana, budaya/situs, keramahtamahan, akomodasi, restoran dan belanja. Ke-enam kriteria tersebut ada pada Ubud. Atmosfir alam yang elok, budaya yang kental, keramahtamahan yang tulus, akomodasi dari yang super duper mewah sampai homestay yang sederhana, restoran fine dining sampai warung pinggir jalan, dan belanja dari yang kelas butik dengan harga jutaan sampai yang digelar di lapak di pasar tradisional Ubud.

Dengan segala kelebihan dan keunikannya, tidak heran Ubud menjadi magnet bagi wisatawan manca negara dan lokal.  Namun masih banyak yang berpikir ke Ubud itu kantong perlu tebal. Dalam majalah-majalah dan buku-buku wisata selalu diperlihatkan wajah Ubud yang ‘mahal’. Resort-resort eksotis dengan kamar berlatar belakang lembah, sawah, gunung dan sungai. Tarifnya disebutkan ratusan hingga ribuan dollar.  Restoran-restorannya juga begitu. Contohnya saja Bebek bengil yang terkenal seporsinya (setengah ekor bebek garing yang katanya lezat) hampir seratus ribu setelah ditambahkan pajak, belum lagi Nuris yang terkenal akan porkribs dan bu oka yang terkenal akan Babi Gulingnya, semuanya maknyoosss harganya pun jangan ditanya lagi. Kalau di Nuris satu porsi Porkribs harganya 85rb blum termasuk ppn apalagi minuman, terus kalau babi guling bu oka per porsinya harganya 35rb belum termasuk minum juga. Tapi biarpun harga yang ditawarkan mahal tempat-tempat makan tadi selalu ramai di kunjungi lo J

Tapi jangan salah, penginapan dan tempat makan di ubud yang murah dan makanannya lumayan enak untuk wisatawan yang berkantong pas-pasan juga ada lo. Jika anda hanya sanggup membayar 100 ribuan perhari untuk penginapan sebaiknya anda tidur di homestay atau guest house yang lumayan nyaman, tempatnya masuklah ke dalam pemukiman-pemukiman penduduk seperti di banjar tebesaya, Penggosekan, Peliatan dan Banjar saya tertjinta Padangtegal rockcity (*hahaha* :p),  banyak sekali pengginapan yang menyatu dengan rumah penduduk.  Harga tersebut sudah termasuk sarapan pagi biasanya berupa nasi goreng atau pancake dan teh ataupun kopi.  Keuntungan tinggal menyatu dengan penduduk kita bisa merasakan dan melihat denyut kehidupan mereka sehari-hari. Kegiatan rutin harian seperti membanten, sajen, sembahyang di sanggah, tentunya menarik untuk diamati. Belum lagi arsitektur rumah-rumah asli Bali yang ditempati. Kondisi tersebut sudah merupakan kegiatan wisata tersendiri. Sangat menarik bukan (*jadi pemandu wisata gadungan :D).

Untuk urusan makan, jangan khawatir. Banyak pilihan kok yang lezat tapi murah dan ga murahan tentunya J. Jika suka masakan campuran , silahkan ke Mangga Madu di peliatan. Pokoknya makanan disini murah meriah dan enak, juga tempat makan ini sangat luas tapi tetep enak buat nongkrong kok Jadi jangan takut tidak kebagian tempat duduk. Atau pernah mendengar nasi ayam bu Mangku di kedewatan? Nah, itu juga sangat terjangkau kantong, kalau tidak salah seporsinya hanya 15 ribuan. Atau mau yang lebih murah lagi pergi saja kejalanan banjar ditebasaya, disana banyak warung local yang makanannya enak namun harganya sangat terjangkau dengan uang 10rb sudah dapet makan sama minum ( wisata kuliner, pokok e maknyuuussss).

Untuk urusan belanja oleh-oleh, silahkan datang ke pasar tradisional Ubud di pusat kota (kalau malas ke pasar seni Sukawati yang jaraknya setengah jam naik motor).  Di pasar yang buka sekitar jam 7 pagi dan tutup jam 6 sore tersebut segala macam oleh-oleh ada. Mau baju barong, tas anyaman, patung ukir, pernak pernik sampai topeng Bali ada. Hanya harus pintar menawar. Kadang mereka buka harga gila-gilaan.

Nah Sekarang Masalah transportasi ini yang agak menjadi kendala. Seperti umumnya kota-kota di Bali, angkot susah di dapat. Kalo pun ada, di Ubud hanya melayani trayek terntentu dan itupun adanya pagi dan sore hari aja. Dapat dimaklumi kalo angkot-angkot itu malas beroperasi karena penumpangnya sedikit sekali karena banyakan masyarakat ubud mengendarai kendaraan pribadi. Jadi jalan keluarnya, Anda bisa menyewa sepeda ataupun motor untuk berwisata mengelilingi ubud. Tarifnya bervariasi kalau anda ingin menyewa sepeda tarifnya 25ribu seharian, kalau menyewa sepeda motor tarifnya 50ribu sehari dan itu sudah motor matic lo J.

Jadi, siapa bilang berwisata di Ubud itu Mahal? Ubud juga bersahabat bagi yang berkantong pas-pasan kok, jadi silahkan datang ke ubud dan rasakan pengalamannya J J J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar